Thursday, September 8, 2011

Luar Biasanya Manusia Biasa

Assalamualaikum!

Ada satu cerita yang udah lama pengen ditulis. Tentang orang sabar dan kebaikan - kebaikan yang mengikuti kesabaran itu.

Jadi gini ceritanya..

Bulan puasa lalu di jam pulang kantor Pak Yanto ga sengaja nabrak (nyenggol dikit sih, tapi mobil yang disenggol kalah kuat bodynya..) sedan seorang bapak. Gw tau dan sadar Pak Yanto yang salah.
Posisinya mobil itu udah di depan (lebih kiri dari posisi lurus mobil gw) dan sedikit-sedikit miring ke kanan (sepertinya mau ngelurusin sama mobil gw dan mobil-mobil lain di belakang). Karena ngelamun, Pak Yanto ga merhatiin itu dan maju terus sampe akhirnya bagian kiri mobil nyerempet sedan itu mulai dari spakbor samping kanan sampe pintu penumpang kanan (yang belakangan akhirnya keliatan menyebabkan penyok dan cat ngelupas sepanjang 30cm-an).

Apa yang biasanya terjadi?
Biasanya mah yang wajar banget adalah si bapak di mobil sedan itu bakal keluar dari mobil dengan tampang 'asem' dan minta pertanggjawaban dari si penabrak, yang kadang kalau orangnya kurang sabar bisa pake emosi ngomongnya.

Tapi apa yang terjadi?
Yang terjadi adalah:
Sang bapak itu turun dari mobilnya (biasa)
Dengan senyum di muka dan sorot mata yang ramah (luar biasa)
Nengok ke arah kerusakan sedannya
Jalan ke arah pintu supir (tempat Pak Yanto duduk)
Minta Pak Yanto buka kaca mobil dengan kedua tangan dikatupkan membentuk salam hormat sambil senyum

Subhanallah..
Dari situ aja udah takjub.

Pas ngomong, alhamdulillah lebih takjub lagi

"Maaf pak (senyumnya ga pernah ilang), tadi salah saya atau bapak ya?"

Pak Yanto yang padahal beberapa detik setelah nabrak di mobil ngomong
"astagfirullah, tadi saya ngelamun, ga ngeliat" mungkin karena grogi atau gimana waktu ditanya sama bapak pemilik sedan itu malah jawab dengan nada yang tiba-tiba agak tinggi.

"Bapak yang salah, tadi bapak tiba-tiba ke kanan"

Jujur gw agak kaget, karena jelas siapapun yang nyenggol mobil di depannya dalam posisi itu pasti salah karena maksa maju (mobil yang disenggol jelas udah dari tadi seluruh bodinya di depan mobil kita). Apalagi Pak Yanto sendiri tadi udah mengakui kalau ngelamun.

Makin takjub lagi sama sang pemilik mobil sedan itu yang bereaksi (gw yakin bapak itu tau dia bisa menang kalau memang mau debat soal siapa yang salah):

"Oh maaf pak, saya bikin Bapak kagok ya. Coba saya liat kerusakannya ya pak :)"

*bapak itu meriksa bamper depan kiri mobil gw dan bagian kanan mobilnya yang nempel*
*gw buka kaca sisi kiri*

"waaah.. kayanya mobil mbak gapapa mbak, cuma yang saya lumayan ternyata"
*dan bapak itu tetap, tetap senyum

*gw nengok juga*

Astagfirullah.
Mobil gw cuma baret dikit, sementara sedan bapak itu penyok dalam dan baret lebar dan panjang.
(FYI. mobil saya berjenis SUV medium dgn bodi lumayan berat sementara si bapak pake sedan keluaran 90-an)

"Wah pak, gimana pak?"
Gw nanya ke bapak itu.

Dan sambil ngeliatin kondisi mobilnya, diam sebentar, bapak itu akhirnya nengok ke arah gw dan senyum (lagi, lagi, dan lagi) sambil bilang:

"Ya, tidak apa-apa mbak. Saya minta maaf ya"
*sambil nyodorin tangan untuk salaman*
*dan saya sambut jabat tangannya*

"Saya minta maaf sekali ya pak"
"Saya juga minta maaf ya mbak"

Dan momen itu entah gimana cukup untuk membuat gw merasa itu situasi yang emosional, mengharukan, dan membuat gw bersyukur.

Bersyukur bahwa sempat dipertemukan sama satu lagi manusia yang bisa memberi saya ilmu.
Ilmu sabar, ilmu ikhlas, ilmu menyenangkan orang.



Ya Allah.. limpahkan kepada sang bapak rezeki yang luas dan berkah, limpahkan kesabaran yang lebih, kelapangan hati dan limpahkan lebih banyak kesempatan baginya membahagiakan dan membuat orang lain bersyukur. Dan ya Allah.. limpahkanlah kemampuan luar biasa itu padaku. Kemampuan untuk selalu bersabar dan ikhlas pada yang terjadi. Kemampuan membahagiakan orang, kemampuan untuk selalu bersyukur. Ya Allah, pertemukanlah lagi aku dengan manusia-manusia hebat lain di bumi ini. Agar aku belajar hal-hal baik daripadanya dan bersyukur atasnya. Amin.

Saturday, September 3, 2011

Kematian

Sebelum solat dzuhur (ini ga boleh ditiru, pun buat saya sendiri di waktu berikutnya), iseng dulu nengok laptop yang standby dari pagi. Kebacalah berita kecelakaan lalu lintas yang dialami Syaiful Jamil dan keluarga di Tol Purbaleunyi (Tol Cipularang KM 96). Istri beliau meninggal dunia di TKP seketika itu juga, sementara penumpang lain dilarikan ke rumah sakit di Purwakarta.

Setiap berita kematian, sungguh merupakan pengingat yang baik bagi manusia-manusia lain yang mau berpikir.

Takutkah akan mati? Yang tidak tau kapan, dimana, dalam keadaan bagaimana..


Apa yang ditakutkan. Saya percaya, yang ditakutkan bukan kematiannya itu sendiri (paling tidak buat gw) tapi apa yang terjadi setelah mati. Lalu, bukankah itu artinya saya percaya dan yakin akan yang gaib (alam barzah, kehidupan setelah mati yang abadi)? Lalu mengapa dalam menjalani hidup ini saya masih saja dengan sadar melakukan kesalahan?

Kalau semua manusia pasti masuk surga setelah mati, apa masih ada yang tidak siap mati?

Manusia..

Kuliner Medan

Nasi Panggang Keju di Nelayan; 8/10


Pancake Durian di Nelayan; 10/10


Bola Kepiting Soka; 7,5/10


Kwo Tiek Panggang Shanghai di Nelayan; 7/10


Soto Medan di Sinar Pagi; 8,5/10

Assalamualaikum!

Ah, akhirnya bolong sehari juga entry blog-nya. Hehe..
Kemaren padahal seharian sering ada di depan laptop, tapi justru itulah kepala jadi pusing dan perut agak mual dimana akhirnya ngebayangin untuk nulis blog mah saya puyeng. Heuu..

Masih nyambung - -

Thursday, September 1, 2011

Letting Go

This isn't what I want, but I'll take the high road. Maybe it's because I look at everything as a lesson, or I don't want to walk around angry. Or maybe it's because I finally understand. There are things we don't want to happen, but have to accept; things we don't want to know, but have to learn, and people we can't live without, but have to let go.

Definitely.

Emotion

People always think that anger is the most dangerous emotion, but disgust is the language of hatred
Karenanya, berhati-hatilah mengatakan "jijik" tentang sesuatu. Kata itu punya arti yang dalam kalo dikaitkan dengan emosi. Pernah punya pengalaman tau orang yang merasa sakit hati saat dibilang "menjijikkan" daripada dipanggil dengan kata-kata kasar?

Intinya mah, sebelum mengatakan apapun selalu ingat rasanya sakit hati. Siapapun orangnya, bagaimanapun menurut prasangka anda sifat dan perilakunya, bisa sakit hati. Katakanlah hal-hal baik, sampaikanlah hal-hal berguna, mendamaikan, dan menyelamatkan.

Bagaimana orang bersikap pada anda, terimalah. Jadilah baik dan lebih baik. Hingga suatu saat kalau ada yang bertanya "bagaimana anda bisa menjadi orang yang (baik) seperti anda saat ini?" anda bisa menjawab dengan damai dan mengingat kebaikan semua orang yang pernah ada dalam lingkaran anda; "They made me who I am".

Who made you who you are?

Bersemangat lagi..

Assalamualaikum.



Biarpun judulnya "Bersemangat lagi..", sebenernya itu cuma judul. Postingan pertama ini buat ngeliat gimana tulisan-tulisan gw nantinya bisa terlihat, bagaimana nantinya menentukan kata ganti pertama yang akan dipake, bagaimana bahasa tulisan yang akan dipake.

Sebenernya sih ga pengaruh. This is my blog, semangat saya, suka-suka saya. Mau hari ini pake bahasa super baku yang sesuai dengan tata Bahasa Indonesia yang baik dan benar, mau pake Basa Sunda, mau pake Bahasa Inggris, mau sok-sok pake bahasa Jerman (yang entah darimana gw tau Bahasa Jerman), atau bahkan gw mau diem aja.

Begitupun dengan kata ganti pertama; mau pake "gw" hari ini, mau pake "saya", "aku", "akyu", "urang", "abi", atau bahkan "aing" di hari lain (tolong jangan dicontoh yang terakhir itu kasar sekali, saya juga jarang make, biar dramatis aja efeknya).

Hebat sekali saudara Winda. Bahkan hanya untuk postingan percobaan aja anda bisa ngelantur kemana-mana. Hehe..
Yah pokona mah kitu lah. Mugia berkah ieu blog. Amin.